Posts

Showing posts from 2022

Pertanyaan Tuhan

Pasalnya kebanyakan manusia berserah pada Tuhan saat bebannya ditambah. Ada saat dimana ayat-Nya yang berbunyi "Tuhan tidak menguji hamba-Nya diluar dari kadar kesanggupan" tak lagi mempan kita serap maknanya. Bahkan lucunya, kita meminta diangkat segala yang berat dengan sumpah serapah dan berlagak seperti halnya pertanyaan ini "Mengapa harus aku, Tuhan?!" bahkan dengan nada dan intonasi yang seolah-olah kita tahu bahwa hidup masih saja tak adil bagi diri. Jika saja Tuhan ingin mengatakan jawabnya secara langsung, apakah tak pernah terlintas jika Tuhan melemparkan kembali pertanyaan kita. "Duhai hambaku, sudahkah engkau adil dengan pembagian waktumu untuk aku?!".  Apa jawabmu atas pertanyaaan itu? Kalideres, 22 November 2022

Pada yang Berhak

Mengenalnya dengan visual saat ini adalah sempurna. Tak perlulah rasa suka atau cinta yang terkontaminasi dengan iba. Tak perlu nuansa dramatis. Tak perlu pula kekang berlebih sana sini. Sebab saat ini, kita telah menjadi manusia versi terbaik kita sepanjang siklus diri, dan sampai saat kita hanya saling menutup mata sekaligus telinga.  Hingga pada waktu diperdengarkan lalu-lalu yang benalu, kita tak pernah mau menerima seluas itu. Diasingkanlah dari benak saat pertama kali. Barulah didengarnya tanpa tanggapan berarti untuk kedua kali. Dicerna sedemikian pahit saat ketiga kali. Kelima-keenam, disandingkannya dengan kenyataan saat ini. Sampai hitungan kesepuluh penerimaan barulah sampai. Penerimaan membentuk hiperbola tentang iba. Sekilas menjatuhkan realitas perasaan cinta menjadi tak tahu kemana arahnya. Kita berujung pada pertanyaan "Apakah benar kita saling-saling mencinta?". Menyalahkan diri, membodoh-bodohi, dan dramatisasi mulai dimainkan. Setelah tersingkap apa yang se...

Resume Kosong

Rasa-rasanya saya di program sebagai manusia yang kebisaannya hanya sebatas belajar. Hingga pada akhirnya, setiap penerimaan pelajar awal tahun pelajaran, saya bingung. Resume manusia lain berjejalan dengan sederet prestasi dan tropi. Resume saya sebatas deretan akademik yang selesai begitu saja. Resume manusia lain berdesakan menggunakan font ukuran kecil yang memadatkan deretan kegiatan berbau potensial.  Resume saya, berspasi jauh menghindari kekosongan yang banyak. Resume manusia lain berlanjut pada halaman selanjutnya. Resume saya bahkan selesai pada satu atau dua kali lirik. Pada kenyataannya, menghindari diri dari perbandingan adalah hal sulit.  Akan selalu ada perkara untuk dibandingkan sekecil apapun. Kalideres, 19 Agustus 2022

Kalimat Perintah

Hari yang dinantikan akhirnya datang bersama dengan dia yang tak kunjung bertemu sedari lama. "Tak akan sampai goyah!" Tegas saya pada seorang kawan.  Ternyata pernyataan itu masih menjadi kalimat perintah bukan kalimat yang tertanam sepenuhnya dengan angkuh. Sial! Trust issue dalam diri menyoyak, sedikit terombang-ambing, bahkan berkesempatan menduduki celah yang kemarin dipaksa rapat. Satu kalimatnya terpatri tanpa setuju dalam pikir. Bersatu padu dengan tanya yang semakin berdesakan. Bertabrakan dengan kalimat template yang telah disiapkan untuk perkara lain. Berkesimpulan membawa hati pada merasakan banyak rasa dalam sekali pertemuan itu. Pada akhirnya, perasa tak mengecap dengan baik dan menimbulkan gejala bingung dan linglung yang hebat. "Saya kenapa?" akhirnya. Duhai diri, tulisan ini saya khususkan tujunya padamu. Saya mohon untuk tidak lagi goyah terhadap hal-hal diluar kuasa-Nya.  Sebatas dengarkan apa yang sebenar-benarnya tertangkap dalam bahasa geriknya...

Kata dan Tanya

Setelah hampir sewindu saling mengenal, perihal isi hati dan pemikiran masih saja janggal. Berkecamuk antara kata dan tanya, suka atau tidak, serta bahagia atau sebaliknya. Sebabnya, tidak lagi ada esentrik untuk hal-hal yang telah dilakukan. Tidak ada selisih kata, dimaksudkan baik-baik saja. Pun redam kata saat memang tidak baik-baik saja. Perihal kabar gembira maupun sedih tak lagi dipertukarkan. Babak belur atas makian bahkan tak lagi dibaginya. Saat memang berujung dengannya, sukur akan dihaturkan. Walau tidak padanya, cukup sebatas yasudah.  Menjelang menetap diri, meneguhkan isi kepala, Dikau bertanya pada akhirnya, "Perihal apa yang masih menjadikan hatimu berdebar terhadapku?" tanyanya.  Sebagaimana engkau ketahui, duhai Tuan. Saya telah mengikuti arah tumbuhmu sewindu ini. Seharusnya tak lagi perlu tanya. Banyak perasa yang berujung pengabaian sebab intruksi awalmu adalah penghindaran. Kalideres, 19 Juli 2022

Ritme

Akhirnya sewindu. Namun, pada beberapa bagian timbul dan lagi-lagi tenggelam. Berjejal tanya tak ada usai. Jengah! Namun kain terlanjur dirajut. Apakah benar tak melulu suka adalah ritme? Melulu duka bukankah neraka? Ritme hidup, katanya. Sia-sia sajalah. Tentang seolah-olah seimbang tak lagi dapat diperkarakan. Perihal berbincang tak benar arah tak lagi jadi soal. Perkara luwes tata dan basa lagi-lagi abai. Nampak perihal satu "niat memberi" jadi perkara dan perihal yang semakin dipersoalkan. Akankah laut dibuatkannya dalam rumah? Atau ikan mati dalam keadaan bertumpuk niat yang tak pernah terjadi? Jika jawab-Mu baik prangsaka dengannya, ikhlas saya haturkan. Jika tidak, penuhi hati keduanya dari selapang-lapangnya pelajaran dan sabar. Kalideres, 17 Juli 2022

Perihal Usia

Ada yang begitu antusias tentang perayaan bertambahnya usia, ada yang biasa-biasa saja, bahkan setelah mengalami seperempat atau setengah abad ada pula yang bersedih. Bukan sedih perihal tak menerima kue, meniup lilin, atau menerima hadiah, bahkan ucapan, namun sedih perihal hakikat usia yang berkurang tanpa diiringi hal-hal baik. Diantara ketiganya, mengalami rasa sedih adalah yang saya rasakan setelah menginjak kepala dua. Berpendar-pendar begitu banyak pertanyaan. Riuh redam dalam fisik yang diam. "hendak apa?", "hendak kemana?", dan "kali ini, apalagi?".  Mengingat hakikat kuota usia semakin sempit, akankah tak ada ubah, duhai diri? Kalideres, 06 Juli 2022

Untuk Pujaan Hati

Teruntuk pujaan hati diseperempat abadmu, selamat menikmati masa-masanya. Tak perlu terburu-buru untuk menyamakan langkah pada penyelesaian manusia lain. Tak perlu menjadi kaku dengan banyaknya hal yang tak sesuai. Pun tak perlu berlebih sedih saat atasanmu tak pernah sekalipun mengerti. Tak perlu ya, sebab dalam setiap tragedi dalam harimu saya memilih menjadi manusia pertama yang akan mendengarkan keluh kesahmu. Teruntuk pujaan hati ditengah semrautnya jadwalmu, beri jeda pada tubuh sekali-kali ya. Ohiya, beri istirahat pula raga yang terlihat tidak apa-apa itu. Bahkan sesekali tidak apa begitu marah pada sesuatu. Jangan paksa hatimu untuk terlalu luas menikmati kekejaman. Teruntuk pujaan hati yang sedang berkecamuk dalam bingung, beranikan untuk memberitahu ya. Tidak perlu terlalu keras terhadap diri. Beberapa hal memang perlu solusi, namun beberapa yang lain kadang hanya akan menguap setelah dibagi. Teruntuk pujaan hati di manapun lokasimu, tak apalah sesekali tak bertemu, karna en...

Kehendak

Akhir-akhir ini saya merasa kecewa dengan perilaku saya yang memaksakan kehendak pada seseorang. Perkara hal remeh atas nama pengakuan cinta yang tidak lagi bisa logis. Padahal, diluar kontek tersebut masa bodoh adalah yang sering nampak. Saya memaksa untuk menunjukkannya lewat materi, hingga akhirnya sampai detik ini rasa-rasanya lelaki tersebut menjadi muak setiap kali saya membahasnya. Sudah mencoba untuk belajar tentang sifat dasar manusiapun, saya  tetap saja kecewa terhadapnya atas hal tersebut. Ada-ada saja bukan? Sepertinya perempuan memang makhluk unik ya, rumit atas sesuatu yang diciptakannya sendiri. Tujuan awal memaksakan kehendak tersebut adalah ingin tahu rasanya bagaimana diperlakukan oleh seseorang yang katanya mencintai saya. Wajar bukan? Sebelum akhirnya mendapat pengakuan, bukankah usaha awalnya adalah pembuktian? Namun, pada akhirnya saya mengerti, sekalipun katanya seseorang mencintaimu dengan benar, yang sepenuhnya menjadikan dirimu beruntung ya hanya dirimu s...

Pepatah

Manusia memiliki pandangan yang kompleks tentang seseorang yang dikenal. "maklum" seolah hanya satu-satunya cara untuk menampakkan toleransi terhadap beberapa hal yang dibenci untuk seseorang yang kita kenal.  Sedangkan, diluar jangkauan tersebut, kita tidak bisa lagi untuk meluaskan maklum. Bahkan egonya, sombong dalam kategori dijolimi kadang dibenarkan. Padahal, sebuah pepatah berbunyi "Doanya orang yang terdzolimi akan dikabulkan" itu memiliki sarat.  Manusia terlalu banyak mentoleri segala sesuatu saat dihadapkan pada dirinya, namun mengapa toleransi tak diberlakukan untuk semua manusia bahkan hal yang tak sekalipun tak pernah kita singgung. Mengapa? Kalideres, 25 April 2022

Mungkin

Mungkin, karena sudah terlalu banyak semoga tentang dirinya, semoga dirimu masih belum sejajar dan sepadan. Labil hati tak kunjung diilhami. Begitupun saya yang dalam sekali dua kali ikut terbawa dalam transaksi dirimu dengan Tuhan. Masih tak kunjung diyakini. Langit-Nya luas, jalan-Nya bebas, skenario-Nya tak terbatas. Namun, mungkin curhatanmu kurang detail, pintamu masih setengah-setengah, bahkan saya tebak beberapa waktu malah sambil terengah, kan? Jika pada waktunya dikau mengerti perihal ini dan jawabnya tidak begitu. Mungkin Tuhan hanya ingin tahu, bagaimana kelabilan hati menjadikan benalu.  Bagaimana kuatnya manusia yang katanya punya tabiat ketat dan mungkin, bagaimana gambaran manusia berwatak keras. Kalideres, 21 April 2022

Kabar Kurang Baik

Tadinya, hari ini saya ingin membahas perihal rokok. Namun baru saja saya mendapat kabar kurang baik. Rekan satu ekstrakulikuler semasa SMA membawa kabar mengejutkan sekaligus menyedihkan. Katanya, pernikahan kandas. Padahal yang saya tahu belumlah seumur jagung masanya. Rasa-rasanya baru kemarin melihat postingannya memberikan kejutan pada perempuan yang sekarang telah berstatus sebagai mantan istrinya. Rasanya masih baru-baru ini beranda sosial medianya membagikan kemesraan layaknya sejoli sedang berbunga-bunga. Hingga akhirnya, saya memilih untuk tak menanyakan apa-apa terhadap rekan lelaki saya itu. Prinsip bahwa tidak ada kabar adalah baik-baik saja sepertinya klise. Kalimat tersebut hanya diyakini untuk sekedar mengurangi rasa khawatir yang timbul.  Yang timbul? Ya, setelah lama tak menekuni status sosial medianya, saya sering kali bertanya tanpa benar-benar bertanya. "Mengapa akhir-akhir ini tidak ada sesuatu yang menyangkut istrinya?". Ingin sekali melontarkan tanya t...

Lusuh

Sepulang kerja sore tadi dan saat melewati padatnya kendaraan serta manusia di rel kereta, saya melihat seorang lelaki paruh baya yang juga tengah menunggu kereta melintas. Bapak tersebut terlihat repot membawa tiga karung yang berisi. Terlihat kumuh dan lusuh baju yang dikenakannya. Kulit tangan dan mukanya yang tak terbalut kain atau semacamnya terlihat legam dan kusam. Setelah saya melintas didekatnya, saya tahu jika bapak tersebut adalah seorang pemulung.  Saat manusia bermotor dan bermobil berbondong-bondong untuk segera melajukan kendaraannya, dan saat manusia tak berkendara sibuk mencari celah untuk cepat melewati jalan tersebut. Saya tahu persisnya, betapa menyebalkan sesuatu yang menghalangi jalan kita dari melangkah, namun bukankah menghargai orang lain masih seharusnya dilambungkan daripada melampiaskan rasa kesal?  Ya, saat melewati seorang bapak pemulung itu, disisi jalan lainnya seorang lelaki paruh baya pula dengan motornya berlagak. Diteriaki dan dituduhnya si ...

Investasi Bodong

Dunia investasi dalam bentuk virtual memang tengah digemari, apalagi seiring dengan bertumbuhnya teknologi yang semakin menjadi. Ditengah maraknya investasi yang mulai bermunculan dengan banyak sekali namanya, bisa-bisanya orang-orang di Indonesia jadi korbannya. Ya, bukan lagi individu per individu, namun masyarakat Indonesia yang menjadi korbannya.  Belum lama ini, sekitar akhir tahun 2021 lalu, Bogor bagian Barat sontak dihebohkan dengan investasi sejenis arisan. Nyata-nyatanya hal tersebut dapat diklaim sebagai arisan bodong. Oknumnya telah diketahui pasti, alamat bahkan rumahnya telah banyak disidak. Saya sendiri tidak tahu persisnya seperti apa, namun informasi yang saya dapat dari beberapa korbannya total kerugian ditaksir ratusan juta. Bahkan saat ini pelakunya masih diusut. Dibeberapa video yang beredar di status yang menjadi korban, pelakunya tengah di adukan ke polisi dan berbuntut panjang serta bertele-tele hingga saat ini. Belum lagi ada kejelasan tentang sekelumit sol...

Tenang

Setelah merasa sedewasa ini, kadang saya hanya butuh tenang. Tidak berurusan dengan banyak hal. Tidak bersinggungan dengan banyak pembicaraan. Tidak untuk merasa tidak nyaman. Tidak terlalu peduli dan memedulikan. Tidak pada semua hal yang sedikit saja akan membebani. Bahkan, jika bisa saya memilih untuk tak berinteraksi dengan banyak manusia.  Beberapa hari ini pesan sosial media saya dipenuhi pernyataan teman yang ingin ikut serta jika saya hendak bepergian. Bahkan memohon untuk diberitahu tentang rencana atau wacana tempat dan tujuan pada pergi saya esok-esok. Padahal, pada kenyataannya, kedatangan dan kepulangan saya pada suatu tempat adalah untuk pelarian. Pelarian untuk diam-diam mengasihi diri dalam perjalanan, pelarian tersedu sedan menyapa mimpi yang berantakan, pelarian dari banyaknya bicara yang disesali, pelarian dari banyaknya tanya yang berjejal dalam imaji, bahkan pelarian untuk sekedar menghibur diri dari terlalu belenggunya duniawi. Dari beberapa perjalanan, saya m...

Pulang

Dua hari ini saya kembali melewatkan menulis. Bukan lupa, tapi keburu kantuk menyerang karna saya sedang menyelesaikan skripsi saya sampai larut malam dua hari ini. Jadi, untuk meminimalkan saya melewatkannya, saya menulis pagi begini. Ohya kemarin saya mengantar pulang teman ke rumah duka. Ayahnya meninggal setelah selang beberapa waktu setelah adzan ashar berkumandang. Teman saya adalah anak perempuan satu-satunya dari ketiga saudara lainnya, sama seperti saya.  Kemarin, setiap kali teman saya bercerita tentang bagaimana malam-malam terakhirnya dengan ayahnya saat perjalanan pulang, saya merasa ngilu. Membayangkan bahwa setelah ini mereka perlu penyesuaian diri yang kuat untuk bertahan tanpa sosok ayah maupun suami bagi ibunya. Betapa mereka harus menyesuaikan segala macam rencana tanpa seorang pemimpin rumah tangga dirumahnya. Bahkan, mereka secara paksa untuk perlahan melupakan sosoknya dari waktu ke waktunya.  Tenang dialam sana, surga tempatmu yak! Aamiin. Kalideres, 09 ...

Belajar Sesuatu

Malam ini saya merasa resah tentang kaki yang masih merasa sakit karna tertusuk bulu babi. Ya, hari ini saya mencoba snorkeling untuk pertama kalinya. Ohiya, yang terkena tidak seberapa namun untuk waktu beberapa lama setelah kejadian ngilu masih dirasa. Saya begitu tidak belajar untuk sesuatu pertama kalinya dalam hidup. Semisal hal seperti ini, saya tidak banyak bertanya tentang bagaimana panduan yang benar untuk melakukan snorkeling, atau bagaimana pertolongan pertama jika terluka terluka saat berada di laut. Untuk sebuah perjalanan menuju tempat yang asing, tidak mempunyai peta adalah hal paling mendebarkan dalam perjalanan. Hal yang selalu saya tunggu. Karna menurut saya, menyapa seseorang yang baru dilihat, menanyakan arah pada seseorang yang baru bertatap, menanyakan kabar terkini tentang kondisi seperti ini pada seseorang yang tak dikenal adalah sikap menumbuhkan kembali rasa semangat dan sukur. Walau kadang terkadang lupa meminta id sosial medianya. Kadang lupa bertanya nama s...

Sakit Kepala

Saat ini saya sedang berusaha untuk menyelesaikan satu bab bagian kedua skripsi saya. saya berniat untuk tak tidur malam ini. Besok libur karena entah hari apa yang hendak dirayakan dengan liburan. Namun, belum dapat beberapa lembar tambahan kata, pusing sedari kemarin masih belum reda. Saat ini malah semakin bertambah penekannya. Sakit kepala yang dirasa saat ini bukan seperti yang dirasa saat saya dinyatakan sebagai pasien positif covid. Tapi, sakit kepala sebelah yang mengakibatkan mata saya sulit berkonsentrasi menatap apapun. Berkedip lebih seringpun tak lantas memperhambat rasa sakitnya. Aih, akankah saya lanjutkan untuk tetap meneruskan ini? Namun, sepertinya tidur kali ini akan jauh lebih efektif daripada memaksakan. Ya, semoga malammu kali ini menyenangkan yak! Sehat dalam kondisi saat ini adalah menjadi pernyataan dan pertanyaan yang perlu ditanggapi dengan serius. Semoga sehat-sehat pula yak kita. Selamat malam. Kalideres, 02 Maret 2022

Tidak Terlibat

Jika pada akhirnya hidup adalah tentang pengakuan manusia dan hidup adalah tentang seberapa besar menghasilkan sesuatu. Pertanyaan saya hanya cukup dengan satu "bisakah saya tidak terlibat didalam keduanya?" Kalideres, 01 Maret 2022

Perasa

Setelah tulisan malam lalu menemukan kata terakhirnya, saya mendapat telepon dari nomor yang tidak asing. Dari seorang teman yang sering saya hubungi selama beberapa tahun ini. Sebelumnya saya mengirim pesan WhatsApp berupa pemberitahuan bahwa saya ingin meneleponnya. Ada sesuatu yang ingin saya ceritakan. Tentang bagaimana hari lalu telah merenggut sisa kebahagiaan dipenghujung sore. Tentang sesuatu yang telah menyentuh sentimen saya hari itu. Tentang betapa tidak bersemangat saya menanti akhir pekan ini. Setelah kata-kata sapaan saut menyaut dari keduanya. Mengalirlah tanya yang mengawali drama malam kali itu. "Bagaimana harimu hari ini?" Katanya diujung telpon sana mengawali sesi percakapan panjang. Hendak saya sampaikan apa yang menjadi sekelumit dilema malam itu padanya. Namun terhenti saat nada suaranya melemah seiring berlalu pertanyaannya. Gelagatnya saya tangkap sebagai pertanda ada yang tidak beres pada harinya juga. Pelan-pelan saya kembali melempar tanya padanya ...

Hari keenam Isoman

Hari keenam isoman. Hari ini ditutup dengan satu kata yang meringankan banyak gejala, kata itu adalah selesai. Ehh.. bukan tentang isolasi mandiri, tapi tentang babak pekerjaan yang sudah mulai menemukan akhir.  Ya, meski menyebalkan harus menyita akhir pekan, tapi tak apalah. Babak belur diawal jauh lebih baik daripada nanti kesusahan pada akhirnya. Dan berkoban untuk suatu kewajiban, memang bukan perkara mau atau tidak, tapi seharusnya bukan? Untuk perkembangan masa isolasi kali ini, saya merasa jauh lebih baik. Gejala pada awal dimulainya ini sudah tidak lagi begitu mengganggu tidur saya. Meskipun lagi-lagi sakit kepala masih saja dirasa, namun sudah makin bisa ditoleransi. Dengan tanda-tanda ini saya memutuskan untuk tak lagi menyebutkan bahwa esok adalah hari ketujuh masa isolasi. Tak apa bukan saya begitu percaya diri dengannya? Sebab Tuhan saja bilang bahwa "Aku (Tuhan) tergantung pada prasangka hamba-Nya". Jadi, dengan dalih tersebut bukankah tak apa saya berprasangka...

Hari kelima Isoman

Hari kelima isolasi mandiri. Ohiya saya hampir lupa meminum obat. Ini hampir tengah malam, saya masih terjaga dengan mata yang mulai terkantuk-kantuk. Dan hari ini masih sama, melewatkan matahari karena pekerjaan. Apa itu berjemur, omg! Belakangan ini memang sedikit padat dari biasanya. Hal ini dikarenakan adanya pergantian dari sistem lama ke sistem baru. Kalimat yang tepat untuk menggambarkan hal ini bukanlah banyak pekerjaan, tetapi sama seperti kali pertama berpindah rumah. Kita pasti sibuk mengeluarkan semua barang-barang penting dari rumah lama untuk dimasukkan pada rumah baru. Ya begitulah kiranya yang sedang saya dan tim alami bulan ini. Masih banyak hal yang perlu diperhatikan bahkan diteliti hingga detailnya sampai akhirnya rumah baru itu benar-benar dapat ditinggali. Tentang keluhan di hari kelima ini, sukurnya sudah tidak banyak. Suhu badan yang awalnya saya kira tidak demam, hari ini ternyata benar-benar sudah biasa. Nyeri sendi dan ngilu pada sekujur badan pun sudah mulai...

Hari keempat Isoman

 Hari keempat isolasi mandiri.  Lagi-lagi tidak banyak yang saya lakukan untuk sekedar berolahraga. Hari ini saya melewatkan berjemur. Bahkan sepertinya tidak ada waktu untuk berlama-lama mandi. Raganya dikamar indekos, aktivitas dan pikirannya tetap pada pekerjaan. Dan ini jauh memakan waktu dari sekedar yang bekerja di kantor. Sebab lagi-lagi hari ini saya baru mematikan laptop sekitar pukul 20:00. Ohiya, gejala yang masih saya rasakan sampai detik ini adalah dibagian kepala. Masih saja terasa seperti seseorang memberi tekanan, mungkin beberapa manusia bukan hanya seorang. Hiperbolanya begitu. Semoga lekas pulih yak diri. Yakini terus bahwa akan banyak hal baik setelah ini. Kalideres, 17 Februari 2022

Hari Ketiga Isoman

Hari ketiga Isolasi mandiri. Semalem, setelah menyelesaikan menulis, saya mencoba untuk tidur dengan cepat. Namun hasilnya lagi-lagi menyebalkan. Sakit disekeliling kepala yang saya ceritakan kemarin masih saja berlangsung sampai pagi tadi. Sakit kepala itu menimbulkan dilema yang membuat hampir frustasi. Menggulingkan badan kekanan dan kekiri masih saja terasa. Memiringkan posii kepala masih saja sakit, diluruskan kembali masih saja nyeri, sampai untuk beberapa jam masih terjaga saya memutuskan untuk tidur tidak memakai bantal kepala. Alhasil, untuk hal tersebut cukup efektif untuk mengurangi rasa ngilu yang terasa. Dihari ketiga ini saya mengawali hari dengan perasa bahwa ada yang perlu saya rubah dari diri saya agar hari ini tak kembali menjadi menyebalkan.  Saya berusaha untuk tidak kembali tertidur setelah sembayang subuh. Namun gagal. Sembari mendengarkan suara lembut ceramah Ust. Hasan dari handphone, saya kembali terlelap. Herannya untuk pagi ini saya tidak perlu bersusah p...

Hari kedua Isoman

Hari kedua Isolasi mandiri. Satu kata yang terlintas untuk menggambarkan hari ini, yaitu menyebalkan! Saya memang bosan hanya berleha-leha diatas kasur tanpa pekerjaan yang berarti, namun pada akhirnya saya menyesal telah mendumalkannya. Isolasi saya kali ini hanya sebatas memindahkan tempat kerja saja ternyata. Tidak ada satu peregangan yang saya lakukan untuk hari ini agar membuat garis dua alat tes covid mengurangi diri. Seharian ini saya mendapati diri hanya diatas kasur bersama dengan laptop yang terhubung dengan server kantor.  Awalnya saya kira tak masalah, agar saya tidak terpikirkan sesuatu yang macam-macam dengan ini. Namun ternyata memang benar, seseorang yang sedang sakit seharusnya memang tidak boleh melakukan pekerjaan. Apalagi pekerjaan yang dapat  memberatkan pikiran. Harusnya Ia hanya sibuk dengan urusan atau cara bagaimana mengembalikan metabolisme tubuhnya dengan cepat, apalagi bagi mereka yang katanya terserang virus.  Setelah memaksa ingin menuntaskan...

Isoman

Pagi sebelum berangkat ke kantor saya melakukan aktivitas yang tidak biasanya. Saya membereskan kekacauan yang saya lakukan pada sabtu Minggu. Ini benar-benar tidak seperti biasa. Yang lebih anehnya, saya mengerjakan pekerjaan rumah dengan pertanyaan yang terus berpendar di kepala. "Saya mau kemana? Saya kenapa?" Lontaran pertanyaan itu terlintas lantaran biasanya saya membereskan rumah saat hendak ada niatan untuk pergi beberapa hari. Namun ini, hanya hendak bergegas untuk ke kantor tanpa terpikir tempat lain yang ingin saya kunjungi. Dan sepanjang mengunci pintu sampai duduk diruang kantor rasanya ada sesuatu yang membuat hati saya tidak nyaman. Perasaan sedih yang lagi-lagi mengundang tanya "kenapa? Ada apa?" Setelah beberapa jam berlalu dan beberapa pekerjaan sudah mulai selesai, seperti Senin biasanya kantor mengadakan swab antigen masal untuk semua orang. Dan tidak lama setelah itu, akhirnya saya tahu betul tentang jawaban perasaan tak biasa sepanjang pagi. Ya...

Besok Senin

Ini hari libur, tapi seharian ini saya masih tetap belum bisa menikmati kasur dengan benar. Walaupun libur ini benar-benar hanya didalam kamar indekos saja. Rasa-rasanya saya belum sekalipun menggerakkan tangan saya untuk sekedar membuka pintu kamar. Arghh entah karna terlalu lelah atau karena terlalu malas. Tapi kenyataannya begitu. Saya belum sekalipun membuka pintu hari ini. Dan terjadilah kembali, waktu begitu cepat berlalu rasanya. Besok sudah kembali Senin. Oya besok harus kembali melalukan sesi swab antigen, lagi-lagi. Namun, semoga sehat-sehat selalu yak, terlepas apapun varian baru mengenai virus covid ini, tetap sebarkan hal positif dengan pengecualian tes covidmu haruslah negatif.  Kalideres, 13 Feb 2022

Omicron

Setelah libur Imlek sehari lalu, hari ini rasanya males sekali menjalani rutinitas. Entah karena memang ingin segera kembali berlibur atau sekedar alasan magnet bernama malas yang semakin melonjak. Entahlah. Beberapa hari ini aktivitas saya masih seperti biasa, bekerja, membereskan skripsi, dan jika luang melanjutkan film yang tertunda. Namun beberapa hari ini serasa gaduh, pandemi yang selama dua tahun terakhir ini telah menyiksa rasa-rasanya kembali unjuk tenaga. Varian baru yang dinamai Omicron tengah naik tahta. Namanya telah beredar dimana-mana. Tak terkecuali di lini sosial media, saluran tv kabel, bahkan surat kabar nasional. Omicron, Omicron, Omicron. Bahkan saat ini Indonesia kembali mengetatkan ppkm menjadi level dua. Beberapa pasar tradisional juga kuliner jalanan telah ditutup untuk satu pekan kedepan, khususnya daerah ibu kota. Prokes yang sudah mulai kendor bahkan kembali ditindaklanjut. Belum ada kepastian dari pemerintah untuk pembatasan kembali tempat-tempat umum, seko...

Mimpi

Pada tulisan sebelumnya yang menyinggung tentang seorang lelaki yang telah hampir delapan tahun bersama, kemarin malam lelaki tersebut menelpon saya. Tidak seperti biasanya. Bahkan saya masih tak percaya sampai beberapa menit percakapan bergulir. "Tumben" gumam saya padanya saat kemarin. Tak kepalang penasaran dengan tujuan yang Ia maksud. Beberapa kali saya menanyakan tentang hendak kemanakah percakapan ini berlabuh. Hingga  rasa penasaran saya terus membuncah dan saya terus mendesaknya, Ia akhirnya mengatakan sesuatu. Maksud dan tujuan selain menanyakan kabar adalah ia bercerita bahwa ia akan bepergian pada waktu dekat ini. Kau tahu bukan kawan, yang paling menyebalkan dalam bermimpi adalah mimpi tersebut direalisasikan oleh orang lain. Sebelum pada inti pembahasan yang dikemukakan lelaki tersebut saya ingin mendeskripsikan maksud dari kalimat itu. Saya memimpikan ingin sekali berkunjung pada beberapa tempat yang saat SMA lalu hanya sebatas saya baca dari novel. Tempat ters...

Seorang Lelaki

Hari ini sengaja untuk menulis dijam-jam segini. Ini adalah jumat terlapang saya setelah minggu-minggu lalu, namun masih seperti biasa dengan segala list pekerjaan yang sudah mulai tidak menumpuk. Malam ini akan ada satu pekerjaan yang sepertinya akan membuat saya begadang atau mungkin bahkan tak tidur hingga pagi. Tapi tak apa, karna ini adalah awal permulaan kabar baik selanjutnya. Semoga, dan selalu saya doakan agar Tuhan mau mempercepat prosesnya. Ya, semoga. Setelah banyak drama melankolis yang membuat menye-menye dan menyebabkan beberepa kali kejatuhan air mata, akhirnya ini berbuah baik. Namun permasalahannya kali ini adalah saya ingin sekali mengabarkan hari baik ini kepada seseorang disana. Seseorang yang kurang lebih telah ada selama tujuh taun terakhir dalam hidup saya. Dia adalah seorang lelaki. Seorang laki-laki yang tak pernah serius mengurusi dirinya sendiri. Seorang lelaki yang teramat sibuk membahagiakan keluarganya. Seorang lelaki yang tak pernah sampai hati untuk sek...

Aih, Manusia

Banyak sekali pelajaran untuk hari ini. Mulai dari tentang manusia yang semakin dilena oleh teknologi. Hmm mungkin kata diperbudak bahkan pantas untuk disematkan pada manusia jaman ini. Tak terlepas dari latar generasinya.  Mengapa sekasar demikian? Ya, beberan kata-kata yang ditulis indah, informasi yang ketik dengan lengkap, bahkan gambar dengan keterangan yang dikemas baik tak khayal hanyalah sekedar dekorasi. Dekorasi tersebut hanya sebatas penambah gengsi laman sosial medianya, sebagai tanda banyak manusia mengenalnya. Padahal mungkin tidak begitu adanya. Keasikan di perbudak segala macam kemudahan, lantas pagi ini saya mendapat pertanyaan tentang postingan status terbaru. Status tersebut adalah lowongan pekerjaan dengan berisikan informasi lengkap dan detail mengenal syarat dan ketentuannya. Jelas sekali kata-kata yang ditekankan diketik dengan jenis huruf bertanda bold. Namun, masih saja ada pertanyaan tentang "dimana kah itu?", "Untuk laki-laki atau perempuan kah...

Sebentar

 Penutup hari ini cukup menyebalkan, listrik di lingkungan indekos saya mati. Alhasil, malam dengan kegelapan yang nyata. Lebih sialnya, tak ada kipas portabel untuk sekedar meniup sehelai rambut pun. Ibu kota lebih terasa kejamnya saat seperti ini. Ohiya, bukan itu yang hendak saya tulis kali ini. Saya ingin menyinggung sentimental apa yang hendak berpendar di ruang kecil kepala ini. Beberapa Minggu ini terlalu banyak bug yang diterima diluar kendali diri yang sangat menyudutkan. Akarnya mungkin ini tentang permintaan seseorang yang paling mencintai saya. Dia menyarankan saya untuk melakukan sesuatu yang saya telah menyerah didalamnya. Yang ambisi saya tak lagi menggubrisnya. Saya masih belum menentukan sikap atas apa yang dikehendakinya tersebut karena saya masih berada pada ambang antara paham dan tidak dengan maksudnya. Namun, mungkinkah ada baiknya saya melakukan sarannya?  Jawabannya pasti begitu, coba saja dulu. Tapi baiklah, namun ijinkan saya beristirahat, sebentar sa...