Posts

Bunga Layu dalam Jeratan

Berpendar suasana mengerikan pada sebingkai foto itu, lagi, lagi, dan lagi. Waktunya sesaat sebelum mata terpejam untuk tidur. Dikatakan trauma, tapi bukan. Saya bukan orang dekat yang ditinggal, sepertinya terlalu berlebihan klaim itu. Disebut takut, iya, tapi tidak sepenuhnya sebatas takut. Jangan berlebihan duhai diri! Segala sesuatu berlebihan selalu tidak baik, termasuk pada pemaknaan. Dalam sebingkai foto itu ditampilkannya suasana tidak mengenakkan, sang bunga layu didalam jeratan. Getahnya kering dipaksa habis. Direnggut detik, dilenyapkan hari dan hari. Pada jeratnya digambarkan sunyi dan pesakitan yang terkungkung. Sinyalnya tak sekalipun kami tangkap. Satu kali. Dua kali. Tiga Kali. Empat kali. Muak! Hanya sorot mata tajam dan keluhan yang terdengar. Bunga layu terasing dari peradabannya. Bunga sebatang kara dan tanpa duplikat. Bunga kesepian!  Tuhan bisakah munajat kami tersampaikan utuh? Kami hanya abdi yang simpati pada bunga layu itu. Jikapun kalam-Mu tanpa lapang, b...

Lekas Pulih

Beberapa hari lalu saya menangisi nasib ibu sebagai sosok istri. Rumah tangga seumur jagung ini dibanding-banding dengan yang telah berlangsung tiga puluh satu tahun itu. Saya menangis sejadi-jadinya, bagaimana dalam prosesnya seorang wanita dua puluh enam tahun itu tumbuh sebagai istri sekaligus ibu hebat dengan berbagai kekurangan dalam rumahnya. Surut pasang finansial , surut pasang godaan, surut pasang emosional, surut pasang cobaan, surut pasang amarah, surut pasang pesakitan, surut pasang kesedihan, surut pasang acuh tak acuh, surut pasang rasa kalut. Bahkan pada lanjut usianya, ada hal yang saya sembunyikan demi menjaganya tetap merasa utuh dalam rumah itu. Enam bulan berlalu bersama lelaki pilihan saya, saya malah semakin kagum dan bangga dengan perempuan cantik itu. Kau tahu kenapa? Enam bulan menjalani rutinitas singgah dari rumah ke rumah adalah hal melelahkan dari awal perjalanan rumah tangga setengah ldr ini. Hal lainnya adalah cuci baju yang tak kalah melelahkan, bertemu...

Mimpi Anak Kecil dalam Dirinya

Pada suatu kegabutan yang menjerat dan segala sesuatu telah usai dikerjakan, core memori sial (dengan nada lembut) bejibun meminta diurai dengan detail bersamaan dengan maknanya, padahal sudah usang kejadiannya. Menyebalkan! Satu kalimat yang terlintas waktu magrib hari itu, yaitu perkataan nyeleneh dan sakit yang keluar lewat mulut seorang yang katanya salah satu tiket surga bagi saya, Bapak. Samar perkataan itu saya dengar kala itu, nadanya marah, sedangkan dia disisi kamar lain sedikit berteriak. Samar tak jelas satu persatu ejaan perkataan sampai pada akhir kalimatnya saya tertegun. Menahan nafas sampai sesak menjalar dari hati lalu ke mata yang menimbulkan tangis sejadi-jadinya. Inti dari perkataan dalam nada marahnya, saya adalah seorang anak yang tidak tahu terima kasih. Ucapan itu saya dengar saat baru saja saya menerima pinangan seorang lelaki yang bahkan aroma dan riuhnya tamu malam itu belum berlalu pergi barang sejam-dua jam. Jika memang tidak tahu terima kasih terucap saa...

Pertalian

Sudah lima bulan lalu cincin ini telah melingkar pada jari manis kanan saya. Lima bulan itu saya resmi menggandeng gelar sebagai seorang istri, tepatnya sejak 17 November 2024. Dua gram mas dan enam ribu bath adalah mahar saat itu. Barulah hari ini saya hendak menjabarkan detailnya, perasa seorang saya saat menghadapi pertalian. Semalaman saya tidur dengan nyenyak H-beberapa jam acara dimulai, nyeyak sekali, sampai akhirnya bangun saat beberapa menit lagi akan berkumandang adzan subuh. Tidak ada teman yang menemani sedari kemarin dan tidak ada perayaan bridal shower atau perayaan hari akhir melepas kelajangan. Hari yang ditentukan berjalan lancar sebab doa-doa dari yang tersayang. Keluarga, rekan, maupun teman-teman yang sengaja dilibatkan kehadirannya maupun tenaganya. Hanya saja ada satu kalimat pertanyaan yang mungkin hampir seratus kali saya layangkan pada lelaki disamping tempat duduk pelaminan itu.  "kita ngapain sih?!" dengan nada berseri, "kita ngapain sih?!...

Untuk Diri serta Duplikatnya

Tulisan ini saya tuju pada diri serta pada duplikatnya nanti saat menghadapi hari-hari sukar dimasa depan. Terbawa suasana dari menonton drama ' lovely runner ' dengan cerita seseorang melakukan time traveler dan bertujuan untuk memperbaiki masa lalu, yaitu menghindari kecelakaan yang mengakibatkan cacat, bahkan mencegah kematian seseorang. Cukup menarik bukan?! Namun hal baik itu sekedar karangan dari sutradaranya. Sebab faktanya, pada sesuatu yang telah menuai taburannya, dan pada sesuatu yang telah diterima konsekuensinya, adalah sebab akibat yang tak terpisahkan dan terelakkan dari perbuatan saat ini. Berandai sejenak jika saja saya mendapatkan kesempatan untuk ' time traveler ', jika mendapati pertanyaan "hal apa yang ingin saya ubah?!" dan dengan sumringah juga tegas saya menjawab "tidak!".  Biarkan segala sesuatu pada tempatnya, sebab saya menjalaninya dengan sadar. Begitupun dengan memilih untuk menikahi seseorang atau mungkin menjadi ibu...

Hallo 2024!

Hallo 2024! Lama ya tidak menulis dilaman ini.  Setelah kilas balik 2023 yang saya up lewat video singkat pada flatfrom Instagram dan TikTok ternyata saya masih perlu menulis. Ini dimaksudkan agar terperinci gambarannya.  Sebelum saya lanjutkan saya gambarkan terlebih dahulu tentang 2023 dengan satu kata " Wonderful  !". Setelah bertubi-tubi rasa bahagia dan kagum pada awal tahun hingga Juni menjelang dan Juli menyambut, akhirnya abu-abu ditimpakan pula berturut-turut. Sekitar bulan Agustus 2023 ayah divonis kanker prostat sekaligus batu ginjal. Disisi lain anak bungsunya sedang menjalani transisi pendidikan dari sekolah menengah atas ke tingkat perguruan tinggi, dan menantunya tengah mengandung cucu pertamanya. Bulan Agustus bukan hanya bulan terberat bagi pasien yaitu ayah, tapi juga terberat untuk semuanya termasuk Ibu. Ya, ini menjadi hal terberat bagi Ibu, sebab Ibu adalah manusia hebat yang menemani prosesnya dengan segala tuntutan pasien yang kadang menyebalkan. ...

Hoki Dikit Gak Ngaruh!

Sepertinya saat ini saya hendak marah kepada Tuhan. Mengapa dari sederet kisah yang saya nantikan kabar kebahagiaannya malah berujung dengan kecewa dan menyesal. Pemicu semuanya mungkin bermula dari bertemu orang-orang yang saya temui di konser dengan berbagai latar belakang kemarin. Pada titik ini saya sadar bahwa dalam lingkungan baru sekalipun kita tak akan serta merta terhindar dari perbandingan.  Setelah sepanjang hari bersama lelaki berusia 19 tahun dan lambat laun saya banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait personal tentangnya, dimulailah peperangan atas hati dan logika saya. Beberapa fakta yang lelaki itu beberkan membuat saya tak menyangka awalnya, namun dari beberapa ceritanya, akhirnya saya mengerti mengapa lelaki tersebut se-"hoki" itu. Beberapa hari berlalu analisis-analisis cerita lelaki tersebut berjejalan dikepala.  Manusia pemikir seperti saya harusnya tidak terlalu butuh privasi untuk sendiri terlalu lama. Otaknya penuh dengan segelintir tanya bahka...

Kabar Gembira

Sabtu lalu saya mendapatkan kabar gembira tentang dirimu. Akhirnya kamu menambatkan hati padanya. Pada perempuan istimewa yang akhir-akhir ini saya lihat dari pembaharuan sosial mediamu.  Harusnya sedari awal kecewa bukanlah hak saya bukan? Pada pertemuan terakhir itu kita bahkan tidak mengiya pada sedikit rasa ketertarikan kita. Kamu menjelaskan dan saya yang hanya menggumam dan tidak mengamini. Cukup lelah rasanya untuk kembali menggenggam dirimu setelah hampir satu windu dan kita masih bukan siapa-siapa. Pada akhirnya hari-hari ini saya ucapkan "selamat menempuh hidup baru!" untukmu dan kekasihmu yang baru saja kau jemput itu. Tidak satu katapun kutukan pada hal bahagiamu itu, sebab akhirnya saya menyadari bahwa sedari awal tujuan doa-doa yang saya langitkan bukanlah dirimu. Kalideres, 20 September 2023

2023

Juni hampir berlalu dan status pandemi global maupun domestik sudah resmi dihapus. Resmi bahwasannya covid-19 tak lagi jadi sesuatu yang menakutkan. Namun entah mengapa 2023 ini rasa-rasanya malah semakin berat.  Tiba-tiba sakit kepala, tiba-tiba riuh isinya, tapi betapa sulit pula diurainya. Story sosial media diperlihatkan tanpa cacat padahal. Banyak kata "wah" dari mereka yang sudah lama tidak jumpa dan bersapa. Tapi saat kembali ke ruangan 3x2 dibawah langit Jakarta, ingin sebentar saja menaruh kepala tanpa angan didalamnya.  Ada banyak hal yang harus selesai di 2023 rasanya. Padahal saya tidak tahu hendak apa jika pun berlalu begitu saja. Tapi rasa-rasanya ini mendesak, semisal selesai dengan diri sendiri, selesai dengan ingin, bahkan selesai dengan cita. Kepala mau pecah saat ingin sekali mengkordinir penyelesaian secara bersama. Padahal diri sendiri pun tahu bahwasannya tak akan pernah selesai apapun dari diri sampai Tuhan menghendaki penyelesaiannya.  Manusia mema...

Bekal Makan Siang

Belakangan ini, setelah tak lagi menjalani hidup dibawah atap yang sama bersama kedua orang tua, saya cenderung lebih peka dalam mengkatagorikan makanan "enak" dan "tidak enak". Selama 21 tahun tak pernah terlewat barang satu haripun untuk mengonsumsi masakan ibu. Sarapan dengan masakannya, kotak bekal makan siang diisi makanan olahannya, dan makan malam tak pernah ayah membelikan sekedar lauk pauk diperjalanan pulangnya. Yang pada akhirnya, makan malam dengan masakan ibu adalah seharusnya. Meski setiap hari membawa kotak bekal makan siang berisi masakan yang dibuat ibu, namun lebih seringnya saya membukanya dengan rasa malas dan tidak terlihat excited . Sebab, sekalipun tak melihatnya sedari awal apa yang dimasukkannya, saya sudah bisa menebak hanya sekedar dengan mengurutkan hari. Senin umumnya nasi goreng, jika saya tak mengeluhkan soal menu sampai pada hari kamis, jumat masih saja nasi goreng didalamnya hanya saja warnanya yang berbeda, bisa jadi warna pucat pas...

Pertanyaan Tuhan

Pasalnya kebanyakan manusia berserah pada Tuhan saat bebannya ditambah. Ada saat dimana ayat-Nya yang berbunyi "Tuhan tidak menguji hamba-Nya diluar dari kadar kesanggupan" tak lagi mempan kita serap maknanya. Bahkan lucunya, kita meminta diangkat segala yang berat dengan sumpah serapah dan berlagak seperti halnya pertanyaan ini "Mengapa harus aku, Tuhan?!" bahkan dengan nada dan intonasi yang seolah-olah kita tahu bahwa hidup masih saja tak adil bagi diri. Jika saja Tuhan ingin mengatakan jawabnya secara langsung, apakah tak pernah terlintas jika Tuhan melemparkan kembali pertanyaan kita. "Duhai hambaku, sudahkah engkau adil dengan pembagian waktumu untuk aku?!".  Apa jawabmu atas pertanyaaan itu? Kalideres, 22 November 2022

Pada yang Berhak

Mengenalnya dengan visual saat ini adalah sempurna. Tak perlulah rasa suka atau cinta yang terkontaminasi dengan iba. Tak perlu nuansa dramatis. Tak perlu pula kekang berlebih sana sini. Sebab saat ini, kita telah menjadi manusia versi terbaik kita sepanjang siklus diri, dan sampai saat kita hanya saling menutup mata sekaligus telinga.  Hingga pada waktu diperdengarkan lalu-lalu yang benalu, kita tak pernah mau menerima seluas itu. Diasingkanlah dari benak saat pertama kali. Barulah didengarnya tanpa tanggapan berarti untuk kedua kali. Dicerna sedemikian pahit saat ketiga kali. Kelima-keenam, disandingkannya dengan kenyataan saat ini. Sampai hitungan kesepuluh penerimaan barulah sampai. Penerimaan membentuk hiperbola tentang iba. Sekilas menjatuhkan realitas perasaan cinta menjadi tak tahu kemana arahnya. Kita berujung pada pertanyaan "Apakah benar kita saling-saling mencinta?". Menyalahkan diri, membodoh-bodohi, dan dramatisasi mulai dimainkan. Setelah tersingkap apa yang se...

Resume Kosong

Rasa-rasanya saya di program sebagai manusia yang kebisaannya hanya sebatas belajar. Hingga pada akhirnya, setiap penerimaan pelajar awal tahun pelajaran, saya bingung. Resume manusia lain berjejalan dengan sederet prestasi dan tropi. Resume saya sebatas deretan akademik yang selesai begitu saja. Resume manusia lain berdesakan menggunakan font ukuran kecil yang memadatkan deretan kegiatan berbau potensial.  Resume saya, berspasi jauh menghindari kekosongan yang banyak. Resume manusia lain berlanjut pada halaman selanjutnya. Resume saya bahkan selesai pada satu atau dua kali lirik. Pada kenyataannya, menghindari diri dari perbandingan adalah hal sulit.  Akan selalu ada perkara untuk dibandingkan sekecil apapun. Kalideres, 19 Agustus 2022

Kalimat Perintah

Hari yang dinantikan akhirnya datang bersama dengan dia yang tak kunjung bertemu sedari lama. "Tak akan sampai goyah!" Tegas saya pada seorang kawan.  Ternyata pernyataan itu masih menjadi kalimat perintah bukan kalimat yang tertanam sepenuhnya dengan angkuh. Sial! Trust issue dalam diri menyoyak, sedikit terombang-ambing, bahkan berkesempatan menduduki celah yang kemarin dipaksa rapat. Satu kalimatnya terpatri tanpa setuju dalam pikir. Bersatu padu dengan tanya yang semakin berdesakan. Bertabrakan dengan kalimat template yang telah disiapkan untuk perkara lain. Berkesimpulan membawa hati pada merasakan banyak rasa dalam sekali pertemuan itu. Pada akhirnya, perasa tak mengecap dengan baik dan menimbulkan gejala bingung dan linglung yang hebat. "Saya kenapa?" akhirnya. Duhai diri, tulisan ini saya khususkan tujunya padamu. Saya mohon untuk tidak lagi goyah terhadap hal-hal diluar kuasa-Nya.  Sebatas dengarkan apa yang sebenar-benarnya tertangkap dalam bahasa geriknya...

Kata dan Tanya

Setelah hampir sewindu saling mengenal, perihal isi hati dan pemikiran masih saja janggal. Berkecamuk antara kata dan tanya, suka atau tidak, serta bahagia atau sebaliknya. Sebabnya, tidak lagi ada esentrik untuk hal-hal yang telah dilakukan. Tidak ada selisih kata, dimaksudkan baik-baik saja. Pun redam kata saat memang tidak baik-baik saja. Perihal kabar gembira maupun sedih tak lagi dipertukarkan. Babak belur atas makian bahkan tak lagi dibaginya. Saat memang berujung dengannya, sukur akan dihaturkan. Walau tidak padanya, cukup sebatas yasudah.  Menjelang menetap diri, meneguhkan isi kepala, Dikau bertanya pada akhirnya, "Perihal apa yang masih menjadikan hatimu berdebar terhadapku?" tanyanya.  Sebagaimana engkau ketahui, duhai Tuan. Saya telah mengikuti arah tumbuhmu sewindu ini. Seharusnya tak lagi perlu tanya. Banyak perasa yang berujung pengabaian sebab intruksi awalmu adalah penghindaran. Kalideres, 19 Juli 2022

Ritme

Akhirnya sewindu. Namun, pada beberapa bagian timbul dan lagi-lagi tenggelam. Berjejal tanya tak ada usai. Jengah! Namun kain terlanjur dirajut. Apakah benar tak melulu suka adalah ritme? Melulu duka bukankah neraka? Ritme hidup, katanya. Sia-sia sajalah. Tentang seolah-olah seimbang tak lagi dapat diperkarakan. Perihal berbincang tak benar arah tak lagi jadi soal. Perkara luwes tata dan basa lagi-lagi abai. Nampak perihal satu "niat memberi" jadi perkara dan perihal yang semakin dipersoalkan. Akankah laut dibuatkannya dalam rumah? Atau ikan mati dalam keadaan bertumpuk niat yang tak pernah terjadi? Jika jawab-Mu baik prangsaka dengannya, ikhlas saya haturkan. Jika tidak, penuhi hati keduanya dari selapang-lapangnya pelajaran dan sabar. Kalideres, 17 Juli 2022

Perihal Usia

Ada yang begitu antusias tentang perayaan bertambahnya usia, ada yang biasa-biasa saja, bahkan setelah mengalami seperempat atau setengah abad ada pula yang bersedih. Bukan sedih perihal tak menerima kue, meniup lilin, atau menerima hadiah, bahkan ucapan, namun sedih perihal hakikat usia yang berkurang tanpa diiringi hal-hal baik. Diantara ketiganya, mengalami rasa sedih adalah yang saya rasakan setelah menginjak kepala dua. Berpendar-pendar begitu banyak pertanyaan. Riuh redam dalam fisik yang diam. "hendak apa?", "hendak kemana?", dan "kali ini, apalagi?".  Mengingat hakikat kuota usia semakin sempit, akankah tak ada ubah, duhai diri? Kalideres, 06 Juli 2022

Untuk Pujaan Hati

Teruntuk pujaan hati diseperempat abadmu, selamat menikmati masa-masanya. Tak perlu terburu-buru untuk menyamakan langkah pada penyelesaian manusia lain. Tak perlu menjadi kaku dengan banyaknya hal yang tak sesuai. Pun tak perlu berlebih sedih saat atasanmu tak pernah sekalipun mengerti. Tak perlu ya, sebab dalam setiap tragedi dalam harimu saya memilih menjadi manusia pertama yang akan mendengarkan keluh kesahmu. Teruntuk pujaan hati ditengah semrautnya jadwalmu, beri jeda pada tubuh sekali-kali ya. Ohiya, beri istirahat pula raga yang terlihat tidak apa-apa itu. Bahkan sesekali tidak apa begitu marah pada sesuatu. Jangan paksa hatimu untuk terlalu luas menikmati kekejaman. Teruntuk pujaan hati yang sedang berkecamuk dalam bingung, beranikan untuk memberitahu ya. Tidak perlu terlalu keras terhadap diri. Beberapa hal memang perlu solusi, namun beberapa yang lain kadang hanya akan menguap setelah dibagi. Teruntuk pujaan hati di manapun lokasimu, tak apalah sesekali tak bertemu, karna en...

Kehendak

Akhir-akhir ini saya merasa kecewa dengan perilaku saya yang memaksakan kehendak pada seseorang. Perkara hal remeh atas nama pengakuan cinta yang tidak lagi bisa logis. Padahal, diluar kontek tersebut masa bodoh adalah yang sering nampak. Saya memaksa untuk menunjukkannya lewat materi, hingga akhirnya sampai detik ini rasa-rasanya lelaki tersebut menjadi muak setiap kali saya membahasnya. Sudah mencoba untuk belajar tentang sifat dasar manusiapun, saya  tetap saja kecewa terhadapnya atas hal tersebut. Ada-ada saja bukan? Sepertinya perempuan memang makhluk unik ya, rumit atas sesuatu yang diciptakannya sendiri. Tujuan awal memaksakan kehendak tersebut adalah ingin tahu rasanya bagaimana diperlakukan oleh seseorang yang katanya mencintai saya. Wajar bukan? Sebelum akhirnya mendapat pengakuan, bukankah usaha awalnya adalah pembuktian? Namun, pada akhirnya saya mengerti, sekalipun katanya seseorang mencintaimu dengan benar, yang sepenuhnya menjadikan dirimu beruntung ya hanya dirimu s...

Pepatah

Manusia memiliki pandangan yang kompleks tentang seseorang yang dikenal. "maklum" seolah hanya satu-satunya cara untuk menampakkan toleransi terhadap beberapa hal yang dibenci untuk seseorang yang kita kenal.  Sedangkan, diluar jangkauan tersebut, kita tidak bisa lagi untuk meluaskan maklum. Bahkan egonya, sombong dalam kategori dijolimi kadang dibenarkan. Padahal, sebuah pepatah berbunyi "Doanya orang yang terdzolimi akan dikabulkan" itu memiliki sarat.  Manusia terlalu banyak mentoleri segala sesuatu saat dihadapkan pada dirinya, namun mengapa toleransi tak diberlakukan untuk semua manusia bahkan hal yang tak sekalipun tak pernah kita singgung. Mengapa? Kalideres, 25 April 2022