Posts

Bekal Makan Siang

Belakangan ini, setelah tak lagi menjalani hidup dibawah atap yang sama bersama kedua orang tua, saya cenderung lebih peka dalam mengkatagorikan makanan "enak" dan "tidak enak". Selama 21 tahun tak pernah terlewat barang satu haripun untuk mengonsumsi masakan ibu. Sarapan dengan masakannya, kotak bekal makan siang diisi makanan olahannya, dan makan malam tak pernah ayah membelikan sekedar lauk pauk diperjalanan pulangnya. Yang pada akhirnya, makan malam dengan masakan ibu adalah seharusnya. Meski setiap hari membawa kotak bekal makan siang berisi masakan yang dibuat ibu, namun lebih seringnya saya membukanya dengan rasa malas dan tidak terlihat excited . Sebab, sekalipun tak melihatnya sedari awal apa yang dimasukkannya, saya sudah bisa menebak hanya sekedar dengan mengurutkan hari. Senin umumnya nasi goreng, jika saya tak mengeluhkan soal menu sampai pada hari kamis, jumat masih saja nasi goreng didalamnya hanya saja warnanya yang berbeda, bisa jadi warna pucat pas...

Pertanyaan Tuhan

Pasalnya kebanyakan manusia berserah pada Tuhan saat bebannya ditambah. Ada saat dimana ayat-Nya yang berbunyi "Tuhan tidak menguji hamba-Nya diluar dari kadar kesanggupan" tak lagi mempan kita serap maknanya. Bahkan lucunya, kita meminta diangkat segala yang berat dengan sumpah serapah dan berlagak seperti halnya pertanyaan ini "Mengapa harus aku, Tuhan?!" bahkan dengan nada dan intonasi yang seolah-olah kita tahu bahwa hidup masih saja tak adil bagi diri. Jika saja Tuhan ingin mengatakan jawabnya secara langsung, apakah tak pernah terlintas jika Tuhan melemparkan kembali pertanyaan kita. "Duhai hambaku, sudahkah engkau adil dengan pembagian waktumu untuk aku?!".  Apa jawabmu atas pertanyaaan itu? Kalideres, 22 November 2022

Pada yang Berhak

Mengenalnya dengan visual saat ini adalah sempurna. Tak perlulah rasa suka atau cinta yang terkontaminasi dengan iba. Tak perlu nuansa dramatis. Tak perlu pula kekang berlebih sana sini. Sebab saat ini, kita telah menjadi manusia versi terbaik kita sepanjang siklus diri, dan sampai saat kita hanya saling menutup mata sekaligus telinga.  Hingga pada waktu diperdengarkan lalu-lalu yang benalu, kita tak pernah mau menerima seluas itu. Diasingkanlah dari benak saat pertama kali. Barulah didengarnya tanpa tanggapan berarti untuk kedua kali. Dicerna sedemikian pahit saat ketiga kali. Kelima-keenam, disandingkannya dengan kenyataan saat ini. Sampai hitungan kesepuluh penerimaan barulah sampai. Penerimaan membentuk hiperbola tentang iba. Sekilas menjatuhkan realitas perasaan cinta menjadi tak tahu kemana arahnya. Kita berujung pada pertanyaan "Apakah benar kita saling-saling mencinta?". Menyalahkan diri, membodoh-bodohi, dan dramatisasi mulai dimainkan. Setelah tersingkap apa yang se...

Resume Kosong

Rasa-rasanya saya di program sebagai manusia yang kebisaannya hanya sebatas belajar. Hingga pada akhirnya, setiap penerimaan pelajar awal tahun pelajaran, saya bingung. Resume manusia lain berjejalan dengan sederet prestasi dan tropi. Resume saya sebatas deretan akademik yang selesai begitu saja. Resume manusia lain berdesakan menggunakan font ukuran kecil yang memadatkan deretan kegiatan berbau potensial.  Resume saya, berspasi jauh menghindari kekosongan yang banyak. Resume manusia lain berlanjut pada halaman selanjutnya. Resume saya bahkan selesai pada satu atau dua kali lirik. Pada kenyataannya, menghindari diri dari perbandingan adalah hal sulit.  Akan selalu ada perkara untuk dibandingkan sekecil apapun. Kalideres, 19 Agustus 2022

Kalimat Perintah

Hari yang dinantikan akhirnya datang bersama dengan dia yang tak kunjung bertemu sedari lama. "Tak akan sampai goyah!" Tegas saya pada seorang kawan.  Ternyata pernyataan itu masih menjadi kalimat perintah bukan kalimat yang tertanam sepenuhnya dengan angkuh. Sial! Trust issue dalam diri menyoyak, sedikit terombang-ambing, bahkan berkesempatan menduduki celah yang kemarin dipaksa rapat. Satu kalimatnya terpatri tanpa setuju dalam pikir. Bersatu padu dengan tanya yang semakin berdesakan. Bertabrakan dengan kalimat template yang telah disiapkan untuk perkara lain. Berkesimpulan membawa hati pada merasakan banyak rasa dalam sekali pertemuan itu. Pada akhirnya, perasa tak mengecap dengan baik dan menimbulkan gejala bingung dan linglung yang hebat. "Saya kenapa?" akhirnya. Duhai diri, tulisan ini saya khususkan tujunya padamu. Saya mohon untuk tidak lagi goyah terhadap hal-hal diluar kuasa-Nya.  Sebatas dengarkan apa yang sebenar-benarnya tertangkap dalam bahasa geriknya...

Kata dan Tanya

Setelah hampir sewindu saling mengenal, perihal isi hati dan pemikiran masih saja janggal. Berkecamuk antara kata dan tanya, suka atau tidak, serta bahagia atau sebaliknya. Sebabnya, tidak lagi ada esentrik untuk hal-hal yang telah dilakukan. Tidak ada selisih kata, dimaksudkan baik-baik saja. Pun redam kata saat memang tidak baik-baik saja. Perihal kabar gembira maupun sedih tak lagi dipertukarkan. Babak belur atas makian bahkan tak lagi dibaginya. Saat memang berujung dengannya, sukur akan dihaturkan. Walau tidak padanya, cukup sebatas yasudah.  Menjelang menetap diri, meneguhkan isi kepala, Dikau bertanya pada akhirnya, "Perihal apa yang masih menjadikan hatimu berdebar terhadapku?" tanyanya.  Sebagaimana engkau ketahui, duhai Tuan. Saya telah mengikuti arah tumbuhmu sewindu ini. Seharusnya tak lagi perlu tanya. Banyak perasa yang berujung pengabaian sebab intruksi awalmu adalah penghindaran. Kalideres, 19 Juli 2022

Ritme

Akhirnya sewindu. Namun, pada beberapa bagian timbul dan lagi-lagi tenggelam. Berjejal tanya tak ada usai. Jengah! Namun kain terlanjur dirajut. Apakah benar tak melulu suka adalah ritme? Melulu duka bukankah neraka? Ritme hidup, katanya. Sia-sia sajalah. Tentang seolah-olah seimbang tak lagi dapat diperkarakan. Perihal berbincang tak benar arah tak lagi jadi soal. Perkara luwes tata dan basa lagi-lagi abai. Nampak perihal satu "niat memberi" jadi perkara dan perihal yang semakin dipersoalkan. Akankah laut dibuatkannya dalam rumah? Atau ikan mati dalam keadaan bertumpuk niat yang tak pernah terjadi? Jika jawab-Mu baik prangsaka dengannya, ikhlas saya haturkan. Jika tidak, penuhi hati keduanya dari selapang-lapangnya pelajaran dan sabar. Kalideres, 17 Juli 2022