Posts

Eid Fitri

Dua kali fitri kita masih saja dengan suasana berbeda. Tanpa temu, tanpa sapa, tanpa tawa secara realita. Walau begitu, tanpa sepatah katapun manusia pernah punya salah. Diniati atau bahkan yang tidak disiasati.  Maka dari itu, dalam keadaan dan suasana apapun, maaf paling khidmat kuhantarkan atas segala ucap dan tingkah yang tidak pantas, atas segala perilaku sembrono yang menyinggung, atas segala opini yang kamu terlibat tak sengaja didalamnya, atas segala permintaan tolong tanpa sapaan, atas segala tindakan yang merepotkan, atas segala stigma tak benar yang terlanjur terlontar. Mohon maaf lahir & batin 🙏

Bahagia yang Tidak Sepadan

Beberapa hal kadang punya porsi tidak adil bagi kamu. Amarah, kesal, luka, sulit, rumit, atau bahkan bahagia yang tidak sepadan. Kadang beribu-ribu proses putus asa didalamnya tak kunjung membuat dirimu memperoleh seharusnya. Ujungnya kamu membanding, menguji validitas atas asumsi tak berdasar, mencari teman untuk menguatkan iya yang kamu tanam. Padahal, suara-suara itu tak mewakilkan stigma salah atau benar dari kebanyakan. Setelahnya kamu bergejolak dengan dirimu lainnya. Menyebut-nyebut ini adalah benar, namun sedetik kemudian ini adalah perkara salah. Untuk waktu cukup lama kamu menjabarkan perasa begitu sembrono. Beberan kamu benar! Namun kamu lupa bahwa perasa tak akan serta merta bisa direka. Kamu lupa perasa yang menghantarmu pada tangis tak berujung karna sakit bukan dari fisikmu. Kamu lupa sakit yang kamu tanggung bertaun-taun akibat perasamu tersentuh tanpa perasa. Kamu lupa mengambil hikmah atas apa yang menimpa. Kamu terlalu logis untuk seseorang yang pernah mengalaminya...

Terka

Terka nalar berlama-lama Jauh alasannya Terbatas Terjeda   Realita terkungkung Menyibak amat samar Samar-samar Teramat samar   Buta lalu menyakiti Tuli lalu menghardik Bisu lalu mencabik-cabik Cedera lalu mati   Tekad mengukuh Tetap sama yang dirasa Rapuh Bodoh Sesat

Klise

Masihkah kamu berminat menggantungkan harap pada insan? Aneh, kamu benar-benar lucu. Bukankah konsekuensinya telah berkali-kali kamu rasa?  Kamu klise, mengulang kembali sakit namun tak pernah sekalipun menganalisa. Itu atas perbuatanmu, dirimu tanpa atau secara impulsif. 

Tirani Khayal

  Pernah sekali waktu aku menyulusuri jalan yang kamu tunjuk. Sesuatu yang lambat laun kamu paradigmakan padaku. Sama seperti kali pertama terbangun dari tidur panjang, aku limbung, bingung, hingga semakin heran. Bak menyuguhkan segelas air tawar diatas lautan adalah percuma. Sama halnya aku denganmu. Dalam perlintasan yang kau tunjuk itu, aku terengah-engah, tersenggal-senggal, terseok-seok mengikuti arusmu. Kupikir tak akan masalah jika mendambaku menyusuri jalanmu, awalnya. Aku menggigihkan segala macam niat untuk terus setidaknya menyeret-nyeret kedua kakiku mengikutimu. Jabaran sifat yang mulai kau buka satu persatu semakin menjebakku dalam tirani khayalku. Menimbang hal-hal aneh tentang dirimu membuat sebentuk ruang lambat launnya. Kamu menegaskanku bahwasannya aku lebih dari cukup sebagai seorang ambisi, sebagai patokan untuk jadi berbeda adalah istimewa, sebagai seseorang yang kamu butuh dukung sepenuhnya. Namun, aku berkali-kali tersungkur hingga tak lagi punya nyali...

Korban Ekspektasi.

Image
Aku sulit bicara, kebebasannya sekedar undang-undang yang berseliweran di media atau sepatah pengertian dari manusia yang pura-pura mengerti. Aku membisu merayakan riuh sekalian remuk redam yang malah berkecamuk didalam. Sepi, kalimat-kalimat penyemangat atau sekedar kata tidak apa-apa tak pernah lagi jadi ampuh. Bahkan setelah genggaman tangan saling taut menaut menyalurkan kuat, aku malah semakin terisak. Sejurus kemudian dari sisiku laiinnya, aku menyumpah serapah keadaannya. Sial! Beberapa hal yang kamu lihat adalah aku, adalah lain dari sisinya. Deretan tawa serta banyaknya guyon, tak lagi dapat terlepas saat tak sekalipun manusia dipelupuk. Sekalipun kamu adalah yang paling tahu, sesungguhnya kamu selalu bisa aku kelabui. Detik yang terus seenaknya kesana kemari masih saja tak dapat mengerakan kepekaanmu. Kamu masih saja kosong, terkikis logis, dan berlebih rasa. Sampai untuk waktu paling terlama, kamu masih nihil tindakan. Jikapun tawaku ialah paling senonoh, tong koson...

Mama

Image
Ini mama, foto ini adalah potret bidikan mama yang tersampul   polesan wajah. Mama adalah sosok ibu serba bisa.   Beliau adalah teman, karib, bahkan sahabat dengan karakternya yang unik. Beliau tak pernah   bisa menasehati putrinya dengan bijak. Bahkan sekali waktu saat meminta wejangannya, Beliau tak   bisa berkata apa-apa. Beliau hanya diam seperti sedang ditanyai perihal ujian kewarganegaraan.   Sama seperti seseorang yang telah kuanggap sebagai sahabat, aku tak pernah punya sesuatu untuk dirahasiakan darinya. Wacana, rencana, basa-basi semata, bahkan kisah kemalangan asa tak pernah bisa kusembunyikan rapat-rapat tanpa membaginya.     Ohya, selamat hari Ibu, Ma. Selamat mengulang tanggal lahir dengan situasi sangat berbeda. Terima kasih telah berusaha untuk baik-baik saja, terima kasih telah menerima segala sumpah serapah tanpa pernah pasrah, terima kasih untuk selalu kuat dan menguatkan.   Walau klise, sehat dan b...