"Halo" sapamu #2


Akhir-akhir ini ada beberapa hal yang membuatku mencondongkan asa pada setiap ulahmu, pesan singkatmu, bahkan kabar sosial mediamu. Tiga hari berturut-turut lebih dari cukup untuk kamu menarik perhatian dari asaku. Tiga hari berturut-turut telah lebih dari sekedar gila aku dibuatmu.

Tahun lalu, aku adalah seorang mahasiswa tingkat akhir yang sedang sibuk dilanda kegamangan perihal judul, pendahuluan, tinjauan pustaka, isi, kesimpulan serta kawanannya dari penyusunan tugas akhir. Ditengah hiruk pikuk penyusunan yang berujung dengan revisi-revisi lagi, Ku taksir mungkin satu bulan sebelum akhirnya sidang, kamu menanyai kabarku lewat pesan whatsapp. Aku lupa pendahuluannya bagaimana, yang ku tahu, setelahnya malah berlanjut pada tiga hari berturut-turut yang ku jabarkan sebelumnya.

Setelah hanya sekedar basa-basi menanyai kabar, berhari-hari kemudian kamu akhirnya mulai memberanikan diri untuk berbicara denganku via panggilan whatsapp, tentunya dengan meminta izin terlebih dahulu kepadaku.

aku mau nelpon? Boleh, kamu sibuk?
Kira-kira begitulah izinmu dalam pesan singkat yang kau kirim.

Aku mengiyakannya dengan meledak-ledak bila kau ingin tahu.

Selang beberapa menit, layar handphoneku berganti latar dengan panggilan yang menampilkan foto profil dan namamu.
______

“Halo” sapamu diujung telpon

“Hai” balasku, sambil mencoba untuk menahan diri agar tak terdengar meledak-ledak

“Oya lagi dimana nih?” kau mulai membuka pertanyaan

“aku dirumah, baru pulang bimbingan”

“terus gimana? Gimana?”

...…



Engkau terus memojokan aku dengan segala rasa ingintahumu tentangku, tugas akhirku, bahkan kau bertanya perihal tanggal dan bulan aku diwisuda nantinya. Sampai-sampai aku lupa mengajukan pertanyaan yang telah aku siapkan sebelum panggilan ini.

Sampai saat telpon ditutup aku tak berhenti tersenyum untuk waktu yang cukup lama.

Comments

Popular posts from this blog

Ayah.

Pertalian

Untuk Diri serta Duplikatnya