Semoga Waktu

Hari ini dan kemarin aku disibukan dengan perpindahan.
Ya.. Pindah,
Menyisakan hanya Ibu Bapak pada hari-hari menjelang masa tuanya dikedua rumah mereka. Pilu.
Kemarin aku bersorak-sorak meneriaki waktu, menantangnya jikalau aku takkan pernah pilu pada jarak, pada jeda, dan sekaligus padanya --waktu.

Sehari-dua hari ku taksir akan kalap. Ah jangan.
Doakan tak akan sekalipun yak, kawan.
Semoga.

Kemarin pun aku menentang jarak, sebab aku benci pada sesuatu yang telah nyaman namun akhirnya menimbulkan pilu mendalam.
Pun aku benci sesuatu yang membuat tertahan, sebab amat menyisakan ngilu saat perpisahan.
Ya.. Musabab itu aku selalu mencoba menghindar dari keadaan.
Musabab itu, aku menolak asing dan kembali diasingkan.
Namun, sekuat apapun hati menolak, ada tuntutan yang harus disegerakan, entah untuk aku, orang lain, bahkan kamu.

Ya.. semoga waktu berbaik hati untuk segera menyembuhkan. Bukan hanya aku, pun jua kamu yang sedang berjuang tapi terhalang keadaan dari orang-orang tersayang. Semoga waktu cepat berbaik hati kembali mempertemukan.

Comments

Popular posts from this blog

Ayah.

Pertalian

Untuk Diri serta Duplikatnya